Jamu hidup sehat
Menurut Gunawan (2012:1), kata "karakter" berasal dari bahasa Latin "kharak- ter", "kharassein", dan "kharax" bermakna " tools for making", " to engrave", dan "pointed stake". Pada abad ke-14, dalam bahasa Prancis disebut "caractere" dan dalam baha- sa Inggris diubah menjadi "character" se- hingga dalam bahasa Indonesia disebut "karakter". Dalam penulisan ini, karater di- definisikan sebagai ciri khas dalam kepri- badian seseorang yang mampu menjadi identitas sehingga dapat dibedakan de- ngan individu lain. Wibowo (2012:66) me- nyatakan bahwa karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi dari hasil kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak.
Menurut Gunawan (2012:1), kata "karakter" berasal dari bahasa Latin "kharak- ter", "kharassein", dan "kharax" bermakna " tools for making", " to engrave", dan "pointed stake". Pada abad ke-14, dalam bahasa Prancis disebut "caractere" dan dalam baha- sa Inggris diubah menjadi "character" se- hingga dalam bahasa Indonesia disebut "karakter". Dalam penulisan ini, karater di- definisikan sebagai ciri khas dalam kepri- badian seseorang yang mampu menjadi identitas sehingga dapat dibedakan de- ngan individu lain. Wibowo (2012:66) me- nyatakan bahwa karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi dari hasil kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak.
Suyanto (2009) mengemukakan bah- wa karakter adalah cara
berpikir dan ber- perilaku yang menjadi ciri khas tiap indi- vidu dalam hidup
dan bekerja sama, dalam keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Individu yang
berkarakter baik adalah in- dividu yang bisa membuat keputusan dan bertanggung
jawab. Zulhan (2010:4) me- nyatakan bahwa karakter manusia yang perlu
dikembangkan adalah: (1) jujur, me- nepati janji, memiliki loyalitas tinggi,
in- tegritas pribadi (komitmen, disiplin, selalu ingin berprestasi); (2)
mementingkan ke- pentingan umum di atas kepentingan pri- badi, siap dengan
perbedaan dan tidak me- rasa diri paling benar; (3) bertanggung ja- wab; (4)
sikap terbuka, tidak memihak, mau mendengarkan orang lain, dan memi- liki
empati; dan (5) menunjukkan perilaku
kebaikan, hidup dengan nilai-nilai kebe- naran, berbagi kebahagiaan dengan orang lain, bersedia menolong orang lain, tidak egois, tidak kasar, dan sensitif terhadap perasaan orang lain. Kemendiknas (2010:9) menyatakan nilai-nalai karakter yang harus dikembangkan bagi anak bangsa antara lain mencakup: karakter religius, jujur, to- leransi, disiplin, kerja keras, kreatif, man- diri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab, berani mengambil resiko, kepemimpinan, inovatif, kerjasama pantang menyerah, realistis dan rasa ingin tahu.
kebaikan, hidup dengan nilai-nilai kebe- naran, berbagi kebahagiaan dengan orang lain, bersedia menolong orang lain, tidak egois, tidak kasar, dan sensitif terhadap perasaan orang lain. Kemendiknas (2010:9) menyatakan nilai-nalai karakter yang harus dikembangkan bagi anak bangsa antara lain mencakup: karakter religius, jujur, to- leransi, disiplin, kerja keras, kreatif, man- diri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab, berani mengambil resiko, kepemimpinan, inovatif, kerjasama pantang menyerah, realistis dan rasa ingin tahu.
Nilai-nilai
yang terkandung dalam kata karakter tersebut harus selalu dikem- bangkan agar
menjadi kebiasan yang dapat berguna bagi dirinya, keluarga, dan negara.
Pengembangan nilai-nilai tersebut da- pat dicapai melalui pendidikan karakter.
Pendidikan karakter adalah pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai karakter
bangsa pada diri peserta didik sehingga anak memiliki nilai dan karakter
sebagai karakter dirinya, menerapkan nilai-nilai ter- sebut dalam kehidupan
dirinya, berman- faat sebagai anggota masyarakat, dan war- ga negara yang
menunjung tinggi norma agama, sosial, dan budaya.
NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DARI KEBIASAAN POLA HIDUP SEHAT
Pendidikan karakter dapat dilakukan tidak hanya melalui
pendidikan agama. Salah satunya adalah melalui pembiasaan dalam kehidupan
sehari-hari, seperti ke- biasaan berperilaku hidup sehat. Perilaku merupakan
tindakan seseorang terhadap kondisi lingkungan. Skinner (Thobroni, 2011:78)
menyebutkan perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap rangsangan
atau sitimulus dari luar. Peri- laku manusia terjadi karena dibentuk atau
perilaku yang dipelajari. Salah satu cara membentuk perilaku adalah dengan kon-
disioning atau kebiasaan (Machfoedz, 2003: 16). Jika seseorang membiasakan diri
de- ngan berperilaku seperti yang diharapkan seperti kaidah-kaidah tertentu,
akan ter- bentuk perilaku tersebut. Misalnya, sese- orang membiasakan jalan
kaki di pagi hari, membiasakan datang di kantor tidak ter- lambat, seseorang
tersebut akan terbiasa dan tidak terbebani dengan kegiatan ter- sebut. Dengan
demikian, yang dimaksud perilaku adalah tindakan atau tingkah laku seseorang
yang dapat dilihat melalui akti- vitas yang dilakukan dalam keseharian. Karena
itu, yang dimaksud perilaku sehat adalah tindakan seseorang yang didasar- kan
pada kaidah-kaidah atau prinsip-prin- sip kesehatan.
Perilaku
sehat seperti yang dikemu- kan di depan meliputi perilaku makan, menjaga
kesehatan pribadi, mengaur istira- hat, dan berolahraga. Jika perilaku sehat
tersebut dijalankan secara teratur dan me- nurut ketentuan-ketentuan yang
benar, se- lain berpengaruh terhadap perbaikan de- rajad kesehatan, juga akan
memiliki efek positif terhadap peningkatan nilai-nilai ka- rakter yang
dijunjung tinggi oleh bangsa Indonesia, seperti meningkatkan kedisi- plinan,
mengembangkan rasa percaya diri, pengendalian diri, dan rasa syukur.
Disiplin
Disiplin adalah tindakan yang me- nunjukkan perilaku tertib
dan patuh pada berbagai aturan dan ketentuan. Tingkat ke- disiplinan setiap
orang berbeda-beda. Ada orang yang disiplin terhadap kegiatan apa- pun yang
diikuti, tetapi banyak orang yang menganggap remeh terhadap kegiatan yang harus
dikerjakan. Disiplin diri harus dilatih atau dibiasakan. Seorang atlet dapat
menjadi juara dunia, yang tidak dapat diperoleh dengan latihan hanya dalam
waktu sekejab, melainkan bertahun-tahun. Begitu juga dengan disiplin diri harus
di- latih sejak usia muda. Dalam olahraga, di- siplin dapat dianalogikan dengan
kekuatan otot. Otot akan semakin kuat jika otot dilatih secara terus menerus.
Sebaliknya otot akan menjadi lemah jika otot tidak di- latih. Demikian juga
dengan disiplin, disi- plin diri akan semakin kuat jika dilatih dan sebaliknya
orang akan semakin tidak di- siplin jika tidak dilatih.
Pavlina (2007) menyatakan bahwa cara untuk membangun
disiplin diri ber- analog dengan orang berlatih mengguna- kan beban di fitness centre. Membangun disiplin sama dengan
membangun kekuat- an otot. Untuk membangun otot, orang harus mengangkat beban
mendekati kemam- puan maksimalnya. Untuk mengangkat beban sampai mendekati
kemampuan mak- simal harus dilalukan dengan susah payah secara berulang-ulang.
Namun demikian, harus diingat bahwa dalam latihan meng- gunakan beban seseorang
harus mengangkat sesuai kemampun yang dimiliki. Jika beban terlalu berat,
latihan itu akan berakibat pada kerusakan jaringan, sebaik- nya jika terlalu
ringan juga kurang berman- faat. Demikian juga untuk membangun disiplin diri
hendaknya dilakukan dengan cara menjalani tantangan yang dapat di- selesaikan.
Jangan mengerjakan tantangan yang relatif mudah, dan sebaliknya jangan
mengerjakan tantangan yang dirasa tidak mampu. Kerjakan tantangan yang berat
meskipun dengan susah payah. Artinya, untuk mencapai disiplin diri harus
dilatih dengan bekerja keras. Disiplin adalah sua- tu kebiasaan untuk melakukan
suatu tin- dakan tertentu. Oleh sebab itu, disiplin adalah suatu yang perlukan
untuk mem- bawa kita sampai kepada tujuan yang di- inginkan. Disiplin adalah
suatu keharusan yang dapat dimiliki siapa pun. Jika seseorang tidak memiliki
disiplin, ia tidak akan memiliki apa-apa dan jika seseorang disiplin dalam
menjalankan rencana-renca- nanya, rencana tersebut akan terwujud.
Mengatur pola makan tidak mudah karena selain memperhatikan
jumlah kalori yang dibutuhkan tubuh juga harus memperhatikan kapan makanan itu
harus di- konsumsi. Di Indonesia, makanan pokok adalah nasi, maka jika belum
makan nasi maka akan terasa belum lengkap. Nasi me- rupakan sumber karbohidrat
tinggi. Oleh karena itu, jika berlebih dalam mengonsumsi nasi akan disimpan
dalam bentuk le- mak sehingga dapat menyebabkan kege- mukan. Sebaliknya,
mengonsumsi nasi terlalu sedikit (susah makan) akan menyebabkan tubuh kurang
gizi, badan menjadi kurus sehinga juga kurang sehat. Yang baik adalah makan
nasi secukupnya dengan di- lengkapi lauk, sayur dan buah. Selain itu, sedapat
mungkin hindari minum manis dan perbanyak minum air putih. Makan yang baik
dalam sehari terbagi menjadi tiga waktu, yaitu pagi, siang, dan sore. Sarapan pagi
merupakan keharusan karena makan pagi merupakan sumber energi yang diperlukan
untuk bekerja di sekolah atau di kantor. Banyak anak atau pekerja kantor tidak
sempat sarapan pagi dengan alasan terburu-buru, tidak sempat, atau belum ada
makanan yang disiapkan. Kebiasaan tidak sarapan pagi tidak baik untuk
kesehatan. Karena itu, kebiasaan sarapan pagi harus ditanamkan sejak anak-anak.
Jika sarapan pagi ini menjadi kebiasaan, tidak sarapan pagi akan terasa lapar.
Makan siang yang baik dilakukan pada pukul 12.00-13.00 agar tenaga bisa pulih
kembali, sedangkan makan sore sebaiknya dilaku- kan sebelum tidur. Jika makan
sore dilaku- kan semakin malam, akan semakin kurang baik karena orang akan
segera tidur, dan tidur tidak perlu tenaga banyak. Makan yang baik juga harus
menghindari makanan berlemak. Sebagian orang susah meng- hindarkan diri dari
mengonsumsi lemak, terutama dalam pesta-pesta atau rapat- rapat yang biasanya
menyuguhkan makanan yang beraneka ragam bentuk maupun sajian yang sangat
menggoda selera makan. Anak-anak sebaiknya hindari jajanan di sekolah yang
kurang sehat karena jajanan di sekolah kemungkinan disajikan dalam kemasan
dengan tambahan bahan pewarna dan pengawet yang dapat me- rusak kesehatan
tubuh.
Guang (2002:13)
menyatakan bahwa setiap kali bersantap
siang atau malam cu- kup mengonsumsi 200 gr sampai 350 gr karbohidrat. Bagi
usia muda yang bekerja berat, sekali santap bisa menghabiskan 600 gr nasi,
sedangkan wanita yang beban ker- janya ringan cukup makan 80-150 gr nasi.
Mengendalikan dan mengatur karbohidrat adalah cara mengendalikan berat badan
yang terbaik. Konsumsi protein tidak boleh terlalu banyak atau sedikit. Dalam
satu hari, boleh makan protein tiga kali, misal- nya makan pagi dengan lauk 1
butir telur, makan siang dengan lauk 40 gram daging, dan makan malam dengan
lauk 80 gram kacang-kacangan atau ikan. Terlalu banyak mengonsumsi protein
tidak baik karena protein mengandung asam amino yang dapat berpengaruh pada
fungsi ginjal. Ter- lampau banyak makan protein juga akan mengganggu
pencernaan. Sebaliknya, ke- kurangan protein juga tidak baik karena dapat
menyebabkan gangguan pada sistem syaraf. Protein hewani yang baik adalah ikan,
sedangkan protein nabati yang baik berasal dari kacang kedelai.
Mengatur cara makan baik jumlah kalori, waktu makan, dan
usaha membatasi pada suatu jamuan makan serta sedapat mungkin menghindari
jajanan di sekolah bagi para siswa memerlukan ketekunan dan kemauan keras untuk
membiasakan- nya. Membatasi makan yang tersaji dengan enak bukan pekerjaan yang
mudah. Di sinilah setiap orang harus disiplin dalam mengaturnya. Perilaku sehat
yang lain se- lain mengatur cara makan adalah menjaga kesehatan mulut dan gigi.
Oleh akrena itu, orang harus gosok gigi empat kali sehari, setiap habis makan
dan hendak tidur. Se- lain itu, mandi harus teratur sehari dua kali, pagi dan
sore. Mengatur tidur juga menjadi bagian dari perilaku sehat. Tidur yang
terlalu malam menyebabkan waktu istirahat menjadi berkurang sehingga re-
genarasi sel yang rusak menjadi terhambat. Karena itu, lembur malam, atau
begadang harus dihindari guna mencapai kesehatan yang optimal. Olahraga yang
teratur seba- gai bagian penting dari gaya hidup sehat terkadang menjadi
aktivitas yang susah dilakukan oleh setiap orang, selain alasan bakat olahraga
kurang mendukung, alasan waktu tidak ada sering menjadi kendala seseorang untuk
berolahraga. Tetapi, ke- tika seseorang jatuh sakit dan dokter me- nyarankan
untuk berolahraga, orang ter- sebut akan berolahraga meskipun dilakukan dengan
susah.
Menjalahkan pola makan sehat, menjaga kesehatan pribadi,
istirahat teratur, dan berlahraga dengan terukur merupakan kegiatan yang berat
jika dilakukan tidak dengan kesadaran yang tinggi untuk mencapai kesehatan
karena untuk menjalankan semua itu seseorang harus disiplin. Harto- no (2010)
menyatakan bahwa untuk mem- pertahankan dan memperkuat disiplin, be- berapa hal
yang perlu diperhatikan sebagai berikut. (1) Kegiatan yang dilakukan ada
nilainya. Seseorang hendaknya percaya dengan aktivitas yang sedang dikerjakan.
Jika percaya dengan apa yang sedang dikerjakan akan menghasilan efek yang
menguatkan sehingga untuk mencapainya akan berupaya untuk mendisiplinkan diri
sampai tujuan terwujud. (2) Ada sasaran. Tindakan harus memiliki sasaran.
Kegiatan yang dilakukan harus memunyai sasaran yang sangat jelas, dan
realistik. Untuk men- capai sasaran, diperlukan upaya dengan segenap hati untuk
mendisiplinkan diri agar sasaran itu benar-benar dapat terwujud. (3) Ada
prioritas. Tindakan harus ada skala prioritas yang jelas karena tindakan yang
benar akan melahirkan hasil yang benar. Dengan melakukan tindakan yang benar
yang dilandasi dengan alasan yang benar, akan mampu mempertahankan disiplin
sehingga bisa mencapai sasaran itu. (4) Harus tekun. Ketekunan akan membuat
seseorang mencapai prestasi yang besar. Ketekunan dapat mempertahankan disiplin.
Seseorang dapat melakukan apa saja dan menjadi apa saja, bila tekun melaku-
kannya. (5) Ada dorongan hati. Dorongan hati ini mampu membuat seseorang termo-
tivasi. Motivasi yang kuat untuk mengejar impian dengan sendirinya menuntut ke-
disiplinkan diri yang kuat.
Pepatahnusantara
mengatakan
"siapa menanam akan memetik". Manusia akan menuai apa yang telah
ditabur. Bila seseorang menabur disiplin, akan menuai ke- berhasilan dalam
hidup. Disiplin tidak da- tang dengan sendirinya. Yang pasti disiplin itu harus
diciptakan sendiri, diupayakan, dan dilatih secara terus-menerus dan ber-
kesinambungan. Bila dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari, akan menuai hasil
sesuai yang diharapkan. Dengan sikap yang selalu disiplin, maka kedisiplinan
itu akan terbawa ke perilaku yang lain, ter- utama dalam perilaku menghadapai
peker- jaan, baik dalam kegiatan sosial kemasya- rakatan maupun dalam kehidupan
rumah tangga. Orang yang sukses adalah orang- orang yang hidup disiplin dalam
menjalani rutinitas sehingga tidak mengherankan jika para pejabat negara
kebanyakan diduduki oleh mantan tentara karena tentara dididik sejak muda
dengan kedisiplinan yang ting- gi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih telah berkunjung
Berikan pesan anda di kolom komentar